
Apa Itu Penyakit Chikungunya?
Chikungunya adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya. Virus ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus, dua jenis nyamuk yang sama-sama menjadi penyebar demam berdarah dengue (DBD). Nama "chikungunya" berasal dari bahasa Swahili yang berarti "melengkung", mengacu pada posisi tubuh penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat yang menjadi gejala khas penyakit ini.
Wabah chikungunya awalnya dilaporkan terjadi di beberapa wilayah seperti Afrika, Asia, Eropa, serta sejumlah pulau di Samudra Hindia dan Pasifik. Kasus pertama di benua Amerika tercatat pada tahun 2013 di kawasan Karibia. Di Indonesia, sebanyak 571 kasus chikungunya tercatat pada Desember 2024, tersebar di tujuh provinsi. Meski demikian, hingga kini belum ada laporan mengenai kasus kematian akibat penyakit tersebut.
Penyebab Penularan Chikungunya
Penyakit chikungunya disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIKV) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Kedua nyamuk ini umumnya lebih aktif di siang dan malam hari. Nyamuk ini membawa virus chikungunya setelah menggigit seseorang yang terinfeksi. Penularan terjadi ketika nyamuk menggigit orang lain dan menularkan virusnya. Namun, virus chikungunya tidak menular secara langsung dari manusia ke manusia, melainkan hanya melalui gigitan nyamuk.
Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, tetapi risikonya lebih tinggi pada kelompok tertentu seperti bayi baru lahir, lansia berusia di atas 65 tahun. Selain itu, individu dengan penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes, atau gangguan jantung dapat lebih rentan terinfeksi.
Gejala Penyakit Chikungunya
Gejala awal chikungunya umumnya ditandai dengan demam tinggi yang muncul secara tiba-tiba, disertai nyeri sendi khas. Setelah seseorang digigit nyamuk yang terinfeksi, gejala penyakit biasanya mulai muncul dalam waktu 4 hingga 8 hari, meskipun pada beberapa kasus dapat terjadi dalam rentang 2 hingga 12 hari.
Selain demam tinggi yang mendadak dan nyeri sendi, gejala chikungunya biasanya disertai ruam merah pada kulit, nyeri otot dan tulang, serta sendi yang bengkak. Penderita juga dapat mengalami sakit kepala, mata merah, mual hingga muntah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sekitar 5–80% penderita chikungunya dapat mengalami nyeri sendi yang menetap, serta rasa lelah berkepanjangan yang berlangsung selama beberapa bulan bahkan hingga bertahun-tahun setelah sembuh dari infeksi.
Setelah pulih, seseorang umumnya akan memiliki sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi chikungunya di masa mendatang. Kasus berat dan kematian akibat penyakit ini tergolong sangat jarang, dan jika terjadi biasanya disebabkan karena kondisi kesehatan lain yang sudah ada sebelumnya.
Pengobatan untuk Penderita Chikungunya
Pada sebagian besar kasus, gejala chikungunya biasanya membaik dalam waktu 1–2 minggu. Pengobatan penyakit ini berfokus pada peredaan gejala, seperti nyeri sendi dan demam. Dokter umumnya akan memberikan obat penurun panas seperti Paracetamol dan Ibuprofen. Selain itu, obat antiinflamasi atau pereda nyeri seperti Naproxen. Hal ini bertujuan untuk membantu mengurangi keluhan dan meredakan gejala yang dirasakan.
Sebelum mengonsumsi obat apapun, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter, terutama bila kamu sedang menjalani proses pengobatan penyakit lain. Hindari penggunaan aspirin atau obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) sampai dokter memastikan bahwa gejala yang dialami bukan disebabkan oleh demam berdarah. Hal itu dilakukan guna mencegah risiko perdarahan akibat reaksi obat.
Selain pengobatan, penderita chikungunya juga dianjurkan untuk memperbanyak asupan air mineral dan beristirahat cukup agar proses pemulihan berjalan lebih optimal.