Perkembangan Pertanian Organik di Paguyuban Petani Al-Barokah
Di Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, empat pekerja sedang sibuk menyelesaikan pembangunan sebuah pendopo yang ditargetkan rampung pada November 2025. Di sebelahnya berdiri gedung berlantai dua yang akan difungsikan sebagai ruang kelas dengan pemandangan hamparan sawah dan latar Gunung Merapi–Merbabu di kejauhan. Pendopo dan ruang kelas berkapasitas 200 orang ini akan menjadi tempat belajar bagi siapa pun yang ingin mendalami praktik pertanian organik. Fasilitas tersebut dibangun oleh PT Astra International Tbk. di atas lahan milik Paguyuban Petani Al-Barokah.
Paguyuban ini dipercaya mengelola learning center sekaligus balai latihan kerja bagi para pegiat pertanian organik. Kepercayaan itu datang karena Al-Barokah telah memiliki rekam jejak panjang dalam membangun sistem pertanian organik berkelanjutan, sekaligus menjadi laboratorium pembelajaran bagi banyak pihak.
Kurikulum Pertanian Organik yang Terbuka
Paguyuban Petani Al-Barokah memiliki kurikulum pertanian organik yang disusun berdasarkan pengalaman puluhan tahun di lapangan. Kurikulum tersebut diperkaya dengan penerapan teknologi pertanian modern yang terus berkembang. Sebanyak 15 tenaga ahli aktif berbagi pengetahuan kepada 1.084 petani anggota yang tergabung dalam 21 kelompok tani dan 3 kelompok wanita tani, tersebar di sembilan desa.
Salah satu tenaga ahli adalah Mahmudi, ahli teknologi pertanian yang dikenal fasih menjelaskan penerapan inovasi terkini di lahan-lahan organik. Dalam ransel cokelat yang selalu dibawanya, tersimpan berbagai perlengkapan pertanian modern, mulai dari alat ukur keasaman tanah hingga pendeteksi kandungan mineral air. Di tangannya, sebuah ponsel terhubung ke aplikasi smart digital farming menjadi perangkat utama memantau kondisi lahan.
Mahmudi, yang juga memproduksi pupuk dan pestisida alami berbahan dasar sekam serta jerami padi, rutin membagikan keahliannya kepada anggota paguyuban. Bersama tenaga ahli lainnya, ia mengampu kelas “Ngaji Organik”, sebuah forum belajar rutin yang menjadi wadah transfer ilmu antarpenggiat pertanian.
Materi Pembelajaran yang Beragam
Materi pembelajarannya meliputi standardisasi pertanian organik, ekologi tanah, teknologi pembenihan, pembuatan pupuk dan pestisida alami, teknologi biokarbon, hingga pengolahan pascapanen dan sistem manajemen pemasaran. Selain pendidikan, paguyuban ini juga mengelola bank benih dengan koleksi varietas unggulan seperti Rojolele, Menthik Wangi, Pandan Wangi, dan Arum Jenar. Koleksi tersebut terus bertambah seiring upaya pelestarian benih lokal dari berbagai daerah.

Laboratorium Terbuka untuk Semua Kalangan
Pendiri Paguyuban Petani Al-Barokah, Mustofa, menyebut organisasinya sebagai pusat pendidikan pertanian organik di Jawa Tengah. Ibarat sebuah laboratorium hidup tempat belajar bagi semua kalangan. Tak hanya petani, pengunjung datang dari siswa taman kanak-kanak hingga akademisi luar negeri. Sejumlah peneliti bahkan menjadikan paguyuban ini sebagai lokasi riset lapangan untuk studi doktoral di Jepang.
“Kami sudah mempraktikkan pertanian organik sejak puluhan tahun lalu, dan terus membuka diri terhadap perkembangan teknologi terbaru,” ujar Mustofa.
Kini, Paguyuban Petani Al-Barokah berkembang menjadi organisasi besar dengan lebih dari seribu anggota yang mengelola sekitar 200 hektare lahan pertanian organik. Produk-produknya telah menembus pasar premium domestik dan ekspor ke berbagai negara seperti Australia, Jepang, India, Belanda, Yaman, Yordania, dan Italia.
Kemitraan yang Memperluas Jaringan Pemasaran
Kemitraan dengan berbagai pihak, termasuk melalui laman daring paguyuban, memperluas jaringan pemasaran dan membuka peluang kolaborasi baru. Beragam penghargaan dan pengakuan dari lembaga nasional maupun internasional turut memperkuat posisi Al-Barokah sebagai pionir pertanian organik di Indonesia.
Namun bagi Mustofa, capaian tertinggi bukanlah volume ekspor atau deretan sertifikasi, melainkan kedaulatan petani. “Kami ingin petani memiliki keleluasaan berkreasi di lahannya sendiri tanpa harus cemas soal kesejahteraan. Petani yang sejahtera akan meneruskan praktik pertanian kepada anak cucunya. Di situlah letak keberlanjutan sejati,” katanya.
Perjalanan yang Panjang dan Berkesan
Perjalanan Paguyuban Petani Al-Barokah telah merentang panjang. Gerakan ini bermula pada awal 1990-an, saat Mustofa memilih bertani organik di tengah arus besar program swasembada pangan Orde Baru yang mengandalkan pupuk kimia dan pestisida sintetis. Langkahnya kala itu dianggap melawan arus.
“Saya bahkan sempat dicap sebagai anggota PKI karena dianggap menentang kebijakan pemerintah,” kenangnya.
Meski menghadapi stigma dan tekanan, Mustofa tak surut langkah. Ia mendirikan Paguyuban Petani Al-Barokah bersama dua petani lain, mengelola lahan seluas 0,73 hektare.
Pasca-reformasi, ruang gerak semakin terbuka. Melalui metode getok tular atau dari mulut ke mulut, jumlah anggota meningkat pesat. Pada 2006, Al-Barokah mendapat technical assistance dari lembaga Jerman untuk memenuhi standar pertanian organik internasional. Empat tahun kemudian, paguyuban meraih sertifikasi organik dari lembaga Inofice.
Semua proses tersebut dibakukan dalam standard operating procedure (SOP) yang menjadi acuan wajib bagi setiap anggota. Paguyuban juga aktif memperluas jejaring dengan berbagai institusi pendidikan, lembaga penelitian, serta sektor swasta. Salah satu kemitraan strategis terjalin dengan Astra International melalui program Desa Sejahtera Astra sejak 2019.
“Kemitraan dengan Astra memberi energi baru bagi kami, mulai dari pengembangan sumber daya manusia, pengelolaan sumber daya alam, hingga penguatan produk dan pasar,” ujar Mustofa.
Memasuki dekade ketiga, Paguyuban Petani Al-Barokah terus tumbuh sebagai teladan praktik pertanian organik berkelanjutan. Dalam waktu dekat, learning center yang kini dibangun di pinggir sawah itu akan menjadi ruang baru bagi generasi muda untuk belajar mencintai tanah dan menumbuhkan berkah darinya.