
Program Ketahanan Pangan di Desa Jalatrang Membawa Perubahan Positif
Program ketahanan pangan di Desa Jalatrang, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, kini mulai menunjukkan hasil yang nyata. Melalui inisiatif yang dilakukan oleh masyarakat setempat, khususnya para anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Berlian, pekarangan rumah warga kini dimanfaatkan untuk menanam tiga jenis bumbu dapur utama, yaitu bawang merah, cabai rawit, dan tomat. Hal ini menjadi solusi untuk mengurangi pengeluaran masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok harian.
Kepala Desa Jalatrang, Dadi Haryadi, menjelaskan bahwa program ini berawal dari survei kebutuhan dasar masyarakat. Hasil survei menunjukkan bahwa sekitar Rp72 juta per bulan keluar dari desa hanya untuk membeli tiga komoditas tersebut. Dari situ, pihak desa berpikir bagaimana masyarakat bisa memenuhi kebutuhan sendiri tanpa harus mengeluarkan uang.
Sebagai tindak lanjut, Pemerintah Desa melalui program ketahanan pangan dari Dana Desa membagikan 20 polybag kepada setiap rumah tangga penerima untuk ditanami bawang merah, cabai rawit, dan tomat. Dari total 2.100 rumah di Desa Jalatrang, sebanyak 1.000 rumah sudah diintervensi dalam tahap awal program ini.
Kini, Desa Jalatrang mulai dikenal sebagai desa yang berhasil mendorong ketahanan pangan melalui pemberdayaan masyarakat, terutama peran aktif perempuan. Menurut Dadi Haryadi, yang terpenting bukan hanya panen, tetapi tumbuhnya kesadaran dan kebersamaan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Program yang mulai berjalan sejak tahun 2023 ini kini menunjukkan hasil menggembirakan. Sebagian warga sudah memanen hasil tanamnya, bahkan menanam kembali untuk kebutuhan selanjutnya. “Sekarang sudah banyak warga yang bisa langsung memenuhi kebutuhan dapurnya dari halaman rumah sendiri. Belum kita bicara ke arah bisnis, tapi minimal sudah bisa menekan pengeluaran rumah tangga,” kata Dadi.
Menurutnya, manfaat terbesar dari program ini bukan hanya hasil panen, tetapi perubahan pola pikir masyarakat dari konsumtif menjadi produktif. “Kita butuh waktu untuk mengubah mindset masyarakat. Tapi sekarang warga sudah punya kesadaran memanfaatkan pekarangan, dan itu luar biasa,” imbuhnya.
Dadi menambahkan, panen dilakukan secara mandiri oleh masing-masing keluarga tanpa panen raya bersama. Sebagian hasil dikonsumsi sendiri, sebagian lagi ditanam kembali untuk menjaga kesinambungan kebutuhan. Dengan semangat gotong royong dan kemandirian, Desa Jalatrang kini menjadi salah satu contoh penerapan program ketahanan pangan yang efektif dan berkelanjutan di tingkat desa.
Peran KWT Berlian dalam Program Ketahanan Pangan
Selain itu, Pemerintah Desa juga menggandeng KWT Berlian sebagai mitra penyedia bibit dan pelaksana teknis di lapangan. Ketua KWT Berlian, Aam Amirah, menjelaskan bahwa pihaknya dipercaya desa untuk menyiapkan dan menyemai ribuan polybag berisi bibit bawang merah, cabai rawit, dan tomat yang kemudian disalurkan ke 1.000 rumah tangga.
"Kami yang menyemai dan mendistribusikan bibitnya ke masyarakat," jelas Aam. Menurutnya, keberhasilan program ini tak lepas dari dukungan Sekolah Lapang Pertanian yang juga dibiayai dari Dana Desa. Melalui sekolah lapang, warga mendapatkan bimbingan langsung dari penyuluh pertanian mulai dari cara menyemai, menanam, mengolah lahan, pemupukan, hingga proses panen.
"Ilmunya diberikan lengkap, jadi warga tidak hanya menanam, tapi juga memahami cara merawat tanaman dengan benar," tambahnya. "Alhamdulillah banyak yang berhasil. Ada yang panen bawang merah sampai 1 ons. Untuk tomat, rata-rata sudah cukup untuk kebutuhan dapur sehari-hari," ungkap Aam.
Selain menekan pengeluaran rumah tangga, program ini juga mengubah kebiasaan masyarakat dari konsumtif menjadi produktif. Banyak warga kini terbiasa memanfaatkan lahan pekarangan untuk menanam sayuran atau tanaman obat keluarga. "Selain dari bantuan desa, warga sudah mulai terbiasa menanam di lingkungan rumahnya masing-masing. Bahkan ada yang hasilnya dijual langsung ke pasar atau ke pengunjung yang datang dan bisa petik sendiri," kata Aam.