Kondisi Mengkhawatirkan SMP Negeri 62 Bekasi Akan Berlangsung Hingga 2027

Kondisi Mengkhawatirkan SMP Negeri 62 Bekasi Akan Berlangsung Hingga 2027

Kondisi Sekolah yang Memprihatinkan di Kota Bekasi

Para murid dan guru SMP Negeri 62 Kota Bekasi masih harus menunggu waktu untuk dapat menempati gedung sekolah yang layak. Saat ini, mereka masih menjalani kegiatan belajar mengajar (KBM) di bangunan yang tidak memenuhi standar. Hal ini disebabkan oleh kurangnya anggaran pembangunan gedung baru yang diperlukan.

Sekretaris Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Disperkimtan) Kota Bekasi, Edi Supriadi, menyatakan bahwa pembangunan sekolah di Medan Satria belum bisa terwujud dalam waktu dekat. Anggaran pembangunan gedung SMP Negeri 62 Kota Bekasi belum masuk dalam rencana tahun 2026. “Terkait SMP Negeri 62, kami belum menganggarkan di tahun 2026. Rencananya akan dianggarkan di tahun anggaran 2027,” jelas Edi saat dikonfirmasi.

Meski begitu, Edi menjelaskan pihaknya bersiap dan menyesuaikan jika ada perubahan kebijakan. Hal itu karena Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto sebelumnya telah menyatakan kalau pembangunan SMPN 62 menjadi salah satu program prioritas. “Ini baru rencana, boleh jadi dalam perjalanan ada perubahan kebijakan. Jadi Disperkimtan akan mengikuti kebijakan tersebut,” jelasnya.

Sebelumnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi sudah memutuskan mencari solusi penanganan efektif untuk melangsungkan KBM di SMP Negeri 62 Kota Bekasi. Tri Adhianto mengatakan keputusan itu terkait tidak akan merenovasi gedung, melainkan melakukan pembangunan tempat baru. “Mudah-mudahan secara bertahap tentu ini akan menjadi prioritas untuk kami lakukan pembangunannya,” kata Tri saat ditemui di kawasan Kecamatan Bekasi Selatan.

Namun Tri menjelaskan pihaknya belum mendapat lokasi lahan yang akan dibangun gedung. Sehingga sementara para murid masih melakukan KBM di tempat seperti biasa. “Kalau kami lihat kan sementara di Medan Satria, kami masih belum memiliki tanah, jadi coba kami akan optimalkan lahan yang ada sambil kami mencari,” jelasnya.

Tri menuturkan saat ini pihaknya tengah melakukan rencana itu secara bertahap. “Saya sudah perintahkan untuk tahun ini dilakukan perencanaannya, mudah-mudahan secara bertahap tentu ini akan menjadi prioritas untuk kami lakukan pembangunannya,” tuturnya.

Masalah Struktur Gedung yang Tidak Memenuhi Standar

Sebelumnya, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi menyatakan tidak merekomendasikan gedung USB SMP Negeri 62 Kota Bekasi di kawasan Kecamatan Medan Satria untuk direnovasi. Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Bekasi, Alexander Zulkarnain, mengatakan jika renovasi dilakukan, hal itu justru ternilai tidak efektif alias terlalu banyak membuang anggaran. Mengingat bangunan yang ditempati saat ini memiliki desain tidak sesuai dengan standar sekolah.

“Yang jelas ini gedung ini bukan didesain untuk sekolah, tindak lanjutnya direhab. Kalau menurut saya tidak efektif juga karena boros,” kata Alexander, Kamis (9/10/2025). Alexander menjelaskan ukuran luas ruang kelas murid di bangunan yang kini difungsikan belum memenuhi standar. Selain itu, ruangan di bangunan tersebut juga minim, sehingga fasilitas yang seharusnya disediakan sekolah diantaranya seperti laboratorium, dan ruang osis menjadi tidak tersedia.

“Idealnya ukuran kelas itu 8x8 meter, tapi ruangan ini ukurannya tidak ada 8x8, layanan pendidikannya berkualitas belum ada, laboratorium tidak ada, perpustakaannya tidak ada kemudian toiletnya juga kurang bagus,” jelasnya. Alexander menuturkan selanjutnya ia akan mengusulkan ke Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto untuk pihak relevan lebih baiknya membangun gedung baru dan bukan merenovasi.

Keluhan Murid dan Kondisi Fisik Gedung

Sebagai informasi, jumlah murid di USB SMP Negeri 62 Kota Bekasi, keluhkan sejumlah kondisi fasilitas hingga konstruksi bangunan. Seorang siswi kelas 8, Nadila Aida mengatakan dirinya mengeluh lantaran lantai kelasnya kerap becek digenangi air imbas rembesan toilet yang berlokasi persis di belakang tempatnya belajar itu. “Kelas saya bersebelahan dengan toilet. Air sering rembes dan becek dari kamar mandi (Toilet) kalau ada yang habis dari kamar mandi,” kata Nadila, Rabu (8/10/2025).

Nadila menjelaskan keluhannya tidak hanya itu. Ia mengaku selama proses KBM di kelas, para siswa duduk lesehan tanpa alas dan meja. Dampaknya, ia kerap mengaku mudah lelah dan kurang fokus belajar ketika KBM berlangsung. “Kami belajar tanpa meja dan kursi, pas ujian yang cape,” jelasnya.

Kondisi Bangunan yang Memprihatinkan

Menanggapi hal itu, Pelaksana Harian (PLH) USB SMP 62 Kota Bekasi, Deni Permadi, mengatakan kondisi tersebut rupanya sudah terjadi sejak tahun 2022. Gedung yang difungsikan di bawah naungan SMP Negeri 19 Kota Bekasi itu sebelumnya adalah bekas Kantor Kelurahan Medan Satria. “Awalnya ini adalah gedung bekas kantor kelurahan. Karena di wilayah Medan Satria belum ada SMP negeri, akhirnya diusulkan oleh warga dan FKRW untuk dijadikan sekolah. Kami sudah berjalan hampir tiga tahun,” kata Deni, Rabu (8/10/2025).

Deni menjelaskan KBM di SMP 62 Kota Bekasi itu dilakukan secara bergantian dalam dua shift. Hal itu dikarenakan jumlah ruang kelas sangat terbatas. “Dari total sekitar 320 siswa, hanya tersedia empat ruang kelas aktif yang digunakan untuk kelas 7, 8, dan 9, dua sesi, pagi untuk kelas 8 dan 9, siang untuk kelas 7. Kalau ujian semesteran, kami biasanya menumpang di SMP 19,” jelasnya.

Deni yang sekaligus menjabat Wakil Kepala SMP Negeri 19 Kota Bekasi itu menuturkan, meski berada dalam kondisi serba terbatas, semangat jajarannya dan para murid untuk melangsungkan KBM tidak surut. Kedepannya mereka berharap Pemkot Bekasi segera merealisasikan rencana pembangunan gedung sekolah baru melalui program Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) tahun 2026.




Sebagai gambaran, kondisi memprihatinkan sekaligus miris terlihat ketika KBM ratusan murid di USB SMP Negeri 62 Kota Bekasi tengah berlangsung. Sebab, kondisi konstruksi bangunan gedung yang mereka tempati perlu segera direnovasi. Pantauan jurnalis Tribun Bekasi di lokasi pada Rabu (8/10/2025) sekira pukul 12.40 WIB, beberapa jendela gedung nampak dari pekarangan tidak ada kaca. Kemudian atap berbahan tripleks di bagian lantai dua juga terlihat rusak dan cat tembok yang pudar serta terkelupas. Kondisi memprihatinkan berlanjut ketika memasuki gedung. Sejumlah tembok berbahan papan GRC di sudut bangunan lantai satu dan dua terlihat rusak atau bolong. Beberapa tembok yang bolong itu ditutup menggunakan banner bekas yang ditempel menggunakan solatip.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form