Potensi Besar Game Ghosts of Yotei, Bisa Atasi Tsushima

Featured Image

Pengalaman Baru dalam Dunia Ghost of Yotei

Ghost of Yotei, game terbaru dari Sucker Punch Productions, akan segera dirilis pada 2 Oktober 2025. Dengan penantian yang cukup panjang, pemain berkesempatan memainkan versi pratinjau permainan untuk Playstation 5 (PS5). Dari kesan pertama, Ghost of Yotei menunjukkan performa yang lebih berani dibandingkan pendahulunya, Ghost of Tsushima. Cerita yang lebih personal, sistem pertarungan yang lebih variatif, serta dunia yang terasa hidup dan imersif menjadi ciri khas dari game ini.

Latar Belakang dan Tokoh Utama

Game ini berlatar 400 tahun setelah invasi Mongol di kepulauan Tsushima. Kali ini, Sucker Punch membawa pemain ke Ezo—nama lama untuk Hokkaido. Pemain mengendalikan Atsu, seorang pengembara yang bertujuan untuk menarget kelompok samurai buangan yang dikenal sebagai Yotei Six. Kelompok ini dipimpin oleh Saito, mantan elit yang tersingkir dari panggung politik Shogun. Saito dan bawahannya membantai keluarga Atsu saat ia masih kecil, menyisakan ambisi untuk menuntaskan dendam.

Tidak seperti Jin di Tsushima yang memulai perjalanan sebagai ksatria muda, Atsu hadir sebagai sosok yang matang dan keras ditempa oleh pahit getir perang di selatan Jepang. Ia bahkan pernah terlibat langsung dalam Pertempuran Sekigahara, peristiwa era 1600-an yang menandai lahirnya Keshogunan Tokugawa. Sejak awal permainan, Atsu juga sudah diselimuti legenda. Dia dikenal sebagai Onry, arwah pendendam dari mitologi feodal Jepang.

Karakter Pendukung yang Beragam

Karakter pendukung dalam Yotei jauh lebih banyak dan beragam dibandingkan Tsushima. Sepanjang perjalanannya, Atsu bertemu dengan berbagai tokoh yang masing-masing membawa luka akibat tirani Yotei Six. Teman-teman Atsu, yang dijuluki Wolf Pack, memberi jalan menuju penyembuhan trauma Atsu di luar bayang-bayang legenda Onry.

Pertarungan yang Lebih Variatif

Pertarungan adalah salah satu aspek yang paling terasa sebagai evolusi dari Tsushima. Jika Jin hanya mengandalkan gaya-gaya pedang yang berbeda dan perlengkapan ninja, Atsu memiliki akses pada beragam senjata baru yang membuka strategi pertempuran lebih variatif. Perpindahan antara katana dan alat-alat tempur tambahan seperti tombak yari dan celurit berantai kusarigama berlangsung mulus, menciptakan nuansa bertarung yang tidak pernah monoton. Setiap pertempuran seolah menantang pemain untuk mengekspresikan gaya bertarung mereka sendiri.

Nuansa Sinematik yang Mengesankan

Seperti Tsushima, Ghost of Yotei tetap setia pada nuansa sinematik ala Akira Kurosawa. Atmosfer itu hidup dalam detail kecil, dari rumpun ilalang yang bergoyang ditiup angin hingga sudut kamera dramatis saat Atsu dan kudanya melesat di hamparan lanskap.

Teknologi Grafis yang Membuat Dunia Terasa Nyata

Dukungan teknologi grafis PS5 membuat semua gerakan menjadi sangat halus, seperti partikel dedaunan gingko beterbangan, serta butiran salju menumpuk di lereng Gunung Yotei. Setiap elemen divisualkan dengan presisi nyaris fotografis.

Gaya Seni yang Menggabungkan Tradisional dan Modern

Tak berhenti di sana, Yotei juga memperkenalkan mode sinematik baru yang terinspirasi sutradara Jepang lain. Mode Takahashi Miike menonjolkan brutalitas pertarungan dengan darah dan detail yang lebih intens, sementara mode Shinichir Watanabe menyuntikkan nuansa Samurai Champloo lewat soundtrack musik lo-fi yang menemani momen eksplorasi. Hasilnya, pengalaman bermain terasa seperti menyeberang antara film samurai klasik dan anime modern.

Kesuksesan Ghost of Tsushima dan Potensi Ghost of Yotei

Pada ajang The Game Awards 2020, Tsushima membawa pulang dua piala: Art Direction dan Player’s Choice, belum termasuk delapan nominasi lain. Andaikata tidak dirilis berbarengan dengan The Last of Us Part II keluaran Naughty Dog, besar kemungkinan Tsushima akan menyabet lebih banyak penghargaan. Dengan absennya rival besar pada tahun ini, Ghost of Yotei berpotensi mendominasi penuh panggung Game Awards 2025.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form