Kebijakan Pemerintah dalam Mengelola Utang Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung
Pemerintah Indonesia menolak usulan untuk mengambil alih beban utang proyek kereta cepat Jakarta Bandung. Hal ini disampaikan oleh Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, yang menyatakan bahwa saat ini dividen dari perusahaan tersebut tidak lagi masuk ke kas negara. Menurutnya, sudah seharusnya PT Kereta Api Indonesia (KAI) meminta pihak swasta, yaitu Danantara, untuk menanggung utang proyek tersebut.
"Harusnya mereka ke situ jangan ke kita lagi, kalau enggak, semua ke kita lagi. Termasuk dividennya, jadi ini kan mau dipisahin swasta sama government. Jangan kalau enak swasta, kalau enggak enak government," ujar Purbaya dalam acara Media Gathering APBN 2026.
Selain itu, Direktur Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kemenkeu, Suminto, juga menjelaskan bahwa utang proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) bukanlah utang pemerintah pusat. Ia menegaskan bahwa proyek ini adalah transaksi antar bisnis (business-to-business), sehingga tidak ada keterlibatan langsung pemerintah dalam pembiayaannya.
"Jadi tidak ada pinjaman pemerintah," tegas Suminto.
Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung, yang kini dikenal sebagai Whoosh, dimiliki oleh konsorsium yang terdiri dari perusahaan Indonesia dan Tiongkok, yaitu PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Dalam hal ini, pemegang saham Indonesia diwakili oleh BUMN yang dipimpin oleh KAI. Pembiayaan proyek ini berasal dari ekuitas permodalan konsorsium dan pinjaman utang dari China Development Bank (CDB).
Usulan Danantara
Sebelumnya, Danantara selaku superholding BUMN mengusulkan beberapa opsi, termasuk pemanfaatan peran APBN dalam menanggung utang proyek KCJB. Salah satu usulan yang diajukan adalah dengan menyerahkan infrastruktur prasarana Kereta Cepat ke pemerintah.
Sarana perkeretaapian biasanya dimiliki oleh badan usaha, seperti KAI. Sementara itu, prasarana seperti stasiun dikelola oleh pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Saat ini, seluruh sarana dan prasarana Kereta Cepat atau Whoosh ditanggung keseluruhan oleh KCIC.
COO Danantara, Dony Oskaria, menjelaskan bahwa telah disampaikan beberapa alternatif solusi kepada Menteri Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan serta Menteri Perhubungan. Salah satunya adalah dengan menjadikan sebagian infrastruktur KCIC dikelola oleh Badan Layanan Umum (BLU).
"Beberapa infrastructure-nya mungkin kita pikirkan juga apakah ini akan kita jadikan BLU dan sebagainya. Ini beberapa opsi, tetapi intinya adalah kita ingin KCIC-nya berjalan dengan baik karena ini dimanfaatkan oleh masyarakat banyak," ujarnya.
Dony menyebut bahwa saat ini Danantara masih menunggu keputusan pemerintah. Pihaknya telah menyampaikan opsi-opsi yang ada. Salah satu opsi lain adalah menyuntikkan dana tambahan ke KAI guna menambah permodalan perseroan di KCIC.
Prabowo Turun Tangan
Presiden Prabowo Subianto meminta jajaran menteri terkait untuk mencari skema pendanaan baru untuk proyek kereta cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh agar tidak sepenuhnya membebani keuangan negara.
Meskipun tidak dibahas dalam rapat kabinet terbatas di Kertanegara pada Minggu (12/10/2025) malam, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi menyatakan isu tersebut tetap menjadi perhatian pemerintah. Ia menjelaskan bahwa pembahasan mengenai keberlanjutan proyek kereta cepat sudah beberapa kali dilakukan sebelumnya.
“Beberapa waktu yang lalu juga sudah dibicarakan untuk diminta mencari skema, supaya beban keuangan [utang Whoosh] itu bisa dicarikan jalan keluar,” jelasnya.
Prasetyo menilai keberadaan Whoosh telah membawa dampak positif bagi mobilitas masyarakat dan pertumbuhan ekonomi kawasan. Karena itu, pemerintah mendorong agar layanan kereta cepat tidak hanya berhenti di jalur Jakarta–Bandung, melainkan diperluas ke wilayah lain di Pulau Jawa yakni Surabaya.
“Faktanya kan juga Whoosh menjadi salah satu moda transportasi yang sangat membantu aktivitas seluruh masyarakat, mobilitas dari Jakarta maupun ke Bandung dan seterusnya. Dan justru kita ingin sebenarnya itu berkembang, tidak hanya sampai Bandung, mungkin juga kita sedang berpikir untuk sampai ke Jakarta–Surabaya,” tandas Prasetyo.