
Factorytech.my.id, JAKARTA — Rusia dan China akan mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga nuklir Di bulan, yang bakal jadi penyedia tenaga utama untuk Stasiun Riset Bulat Internasional (International Lunar Research Station/ILRS). Program besar ini direncanakan diselesaikan pada tahun 2036 sesuai dengan perjanjian kolaborasi antar dua negara tersebut.
Reaktor nuklir ini akan digunakan untuk memasok energi ke ILRS, stasiun penelitian yang dipimpin bersama oleh China dan Rusia.
Kepala Badan Luar Angkasa Rusia Roscosmos, Yury Borisov, menyebut bahwa pembangunan reaktor mungkin akan berlangsung dengan otonomi tinggi dan tidak memerlukan keterlibatan langsung manusia di situs tersebut. "Teknologi yang diperlukannya sudah hampir lengkap," ungkap Borisov seperti dikutip oleh Livescience pada hari Rabu, 4 Juni 2025.
Roskosmos mengumumkan bahwa stasiun tersebut akan dipergunakan untuk penelitian dasar tentang ruang angkasa dan juga percobaan teknologi operasional jangka panjang tanpa adanya kru, sejalan dengan visi keberadaan manusia di Bulan pada masa yang akan datang.
ILRS sudah menyita perhatian sebanyak 17 negara untuk berpartisipasi, antara lain Mesir, Pakistan, Venezuela, Thailand, serta Afrika Selatan. Pembangunan stasiun tersebut bakal diprakarsai melalui misi Chang'e-8 dari Cina pada tahun 2028, yang secara bersamaan akan jadi upaya penjemputan awak angkasa manusia Tiongkok pertama kali ke permukaan bulan.
Rencana pembangunan ILRS pertama kali diumumkan pada Juni 2021. China dan Rusia akan mengirimkan modul-modul robotik menggunakan lima peluncuran roket super berat antara 2030 hingga 2035. Setelah infrastruktur dasar terbentuk, China akan melanjutkan ekspansi dengan menghubungkan ILRS ke stasiun luar angkasa yang mengorbit Bulan, serta dua node di ekuator dan sisi jauh Bulan.
Wu Yanhua, kepala perencana utama untuk misi penjelajahan China, menyatakan bahwa versi terkini dari sistem ILRS akan menjabat sebagai landasan bagi pendaratan astronot di Mars dan direncanakan rampung pada tahun 2050.
"Stasiun ini akan diperkuat dengan bantuan dari pembangkit listrik tenaga matahari, radioisotop, dan nuklir, serta memiliki sistem komunikasi antar muka antara Bulan dan Bumi, kendaraan eksplorasi, termasuk roket berpenumpang," ujar Wu.
Persaingan Global Eksplorasi Bulan
Perjanjian ini timbul seiring dengan peningkatan ambisi Tiongkok pada proyek-proyek luar angkasa.
Sejak ketinggalan Chang'e-3 pada tahun 2013, Tiongkok sudah mencapai berbagai pencapaian termasuk meletakkan rovers baik di Bulan maupun Mars, mengumpulkan contoh dari kedua sisi Bulan, serta membuat peta permukaan satelit alam bumi itu sendiri.
Di pihak lain, Amerika Serikat dengan program Artemis-nya sedang bersaing untuk meningkatkan presensinya di bulan. Akan tetapi, misi Artemis III yang bertujuan mengantarkan astronot NASA ke permukaan bulan setelah lebih dari lima dekade belum kunjung terwujud dan ditaksir baru bisa dilepas pada tahun 2027 akibat beberapa kali tertundanya proyek ini.
Pada saat bersamaan, nasib stasiun ruang angkasa bulanan NASA bernama Gateway masih belum jelas. Rencana anggaran tahun 2026 dari pemerintahannya Trump menyarankan untuk membatalkan projek Gateway walaupun konstruksi pada beberapa modul stasiun sudah cukup maju.
Dengan memulai konstruksi pusat tenaga nuklir di Bulan, Rusia dan China mengawali era baru dalam eksploitasi ruang angkasa. Proyek ILRS tidak hanya mencerminkan kerjasama taktis kedua negara tersebut, melainkan juga memberikan kesempatan bagi sinergi internasional dalam penelitian dan pengembangan teknologi luar atmosfer untuk perkembangan mendatang.