
Factorytech.my.id.CO.ID, JAKARTA -- Pada zaman digital saat ini dengan teknologi canggih, kecerdasan buatan (AI) memberikan berbagai keringanan termasuk dalam penyusunan surat lamaran pekerjaan. Tidak dapat diselakkan lagi perannya, adanya AI telah menjadi suatu hal yang penting. chatbot Seperti halnya ChatGPT dari OpenAI, kita bisa menyusun ringkasan dan surat lamaran secara keseluruhan hanya dalam waktu kurang dari lima menit.
Di sisi lain dari kecepatan dan kenyamanannya, ada hal utama yang harus diperhatikan: para pencari bakat semakin jago dalam mendeteksi resume yang disusun menggunakan bantuan AI. Menurut Bonnie Dilber, manajer perekrutan di perusahaan automasi aplikasi Zapier, sekitar 25% dari seluruh lamaran yang dia terima diduga diciptakan melalui bantuan AI.
Angka yang mengherankan itu membuktikan bahwa penggunaan AI dalam melamar pekerjaan telah menjadi sesuatu yang lumrah. Akan tetapi, hal ini tak selalu merupakan indikasi positif. "Hal ini membuat saya menduga bahwa pelamar mungkin kurang memahami topiknya atau kesulitan menyatukan hasil dari AI dengan pemikiran personal mereka," ungkap Dilbert seperti dilansir dari situs Huffington Post pada 3 Juni 2025. Ini artinya, penyalahgunaan teknologi AI malahan dapat merugikan reputasi profesional Anda dimata calon pemberi kerja.
Surat Lamaran pekerjaan tersebut dibuat menggunakan teknologi AI
Berdasarkan pendapat para perekrut, ciri utama paling jelas dalam aplikasi pekerjaan yang memakai kecerdasan buatan (AI) ialah nada yang kaku, sangat resmi, serta terkesan robotis. template yang disalin-tempel ( copy-paste Bayangkan saja, bila Anda memakai asisten penulis berbasis kecerdasan buatan, jangan kaget jika puluhan atau bahkan ratusan calon pekerja lainnya telah melakukannya terlebih dahulu. Hal ini dapat menyebabkan gaya kalimat serta contoh-contohnya yang diciptakan oleh AI menjadi sangat familiar bagi para pencari kerja yang tiap harinya harus mengulas sejumlah besar aplikasi.
Dilber menyebutkan sebuah kasus spesifik di mana dia bertanya "Apa yang membuat Anda berminat pada posisi ini?" dalam surat lamarannya. Dia melihat bahwa banyak pelamar memberikan respons identik: "Tujuan perusahaan 'sampaikan tujuannya' sejalan dengan nilai-nilai saya serta pengalamanku di bidang 'sebutkan jenis pekerjaan atau industri mereka'."
Polanya menjawab yang serupa-similar ini dengan jelas menunjukkan penggunaan AI dalam jumlah besar. "Sesudah memeriksa tanggapan yang tepat-tepat sama berulang-ulang, terlihat bahwa seluruh calon peserta menggunakan teknologi AI," katanya.
Peristiwa serupa terjadi saat aplikasi bertanya tentang bagaimana pengguna mengoperasikan produk Zapier. Dilber menyadari ada kelompok orang yang semuanya memiliki kebutuhan penggunaan yang sama, yakni untuk toko bunga. Dia menerangkan lebih lanjut, "Awalnya hal tersebut tampak lucu bagi saya. Namun setelah beberapa kali memperhatikannya, jadi jelas bahwa mereka semua menggunakan perangkat yang identik."
Kesesuaian antara narasi dan ilustrasi dari berbagai calon menjadikannya sebagai "peringatan merah" bagi para pencari kerja.
Gabrielle Woody, seorang perekrut universitas dari perusahaan perangkat lunak keuangan Intuit, menyebutkan bahwa tanda lain dari aplikasi dibuat oleh ChatGPT adalah nada suaranya yang terdengar seperti mesin atau robotik dan jauh berbeda dengan gaya bicara profesional seseorang yang baru memulai.
"Saya hampir selalu menemukan frasa 'spesialis', 'memahami teknologi', serta 'maju' sering muncul dalam lamaran pekerjaan untuk jabatan terkait teknologi," katanya.
Sebelum ChatGPT terkenal, Woody menyebut bahwa banyak pelamar magang atau fresh graduate hampir tidak pernah menggunakan istilah-istilah itu dalam aplikasi pekerjaannya mereka. Hal ini mengindikasikan bagaimana kehadiran AI generatif telah menciptakan gaya bahasa tertentu yang saat ini sering kali diidentifikasi sebagai karakteristik dari dokumen-dokumen buatan oleh AI.
Ketidaktelitian serta kurangnya personal touch menjadi masalah.
Pemimpin LHH Recruitment Solutions untuk wilayah Amerika Utara, Laurie Chamberlin, menyebut bahwa seorang recruiter berpengalaman bisa mendeteksi aplikasi kerja yang dibuat menggunakan kecerdasan buatan bahkan dari jarak satu mil. Menurutnya, indikasinya adalah pemakaian istilah-istilah umum yang tidak didukung oleh bukti nyata.
"Kita mungkin menemukan calon pekerja menyebutkan kemampuan seperti 'penyampaian pesan yang luar biasa' atau 'kolaborator', namun mereka tak memberikan bukti konkret," katanya.
Kehilangan detail spesifik, autenticitas, serta personalisasi bisa menjadi indikator risiko yang signifikan. Selain itu, Tejal Wagadia, seorang pencari kandidat dari sebuah perusahaan teknologi terkenal, sering kali mendapati surat lamaran pekerjaan yang belum melewati tahapan penyempurnaan dengan baik. Dia menjumpai beberapa dokumen pelamarn yang masih memuat jenis font tertentu, tanda kurung, atau kalimat semacam "masukkan nomor disini," yang ternyata adalah hasil tersisa dari resume otomatis yang dibuat oleh ChatGPT.
"Mereka akan mengcopy-paste langsung ke dalam resume tanpa ada revisi sedikitpun," ujar Wagadia.
Tindakan yang terlalu sembrono dianggap bisa berbalik merugikan para calon pelamar. "Apabila Anda tak menyertakan begitu banyak detil, ini menggambarkan kepada empunya pekerjaan kalau Anda kurang teliti," katanya. "Iya, Anda memakai teknologi, tapi sayangnya belum cukup efisien."
Bagaimana Menggunakan AI Secara Bijaksana
Walaupun begitu, para perekrut tidak sepenuhnya menentang penggunaan kecerdasan buatan. Sebaiknya, AI dijadikan sebagai titik permulaan atau perantara, bukannya substitusi lengkap.
Woody menyebutkan bahwa ChatGPT bisa mendukung calon pelamar dalam menciptakan inspirasi terkait dengan jenis pengalaman mana yang sebaiknya disertakan pada curriculum vitae mereka. "Kamu bisa minta kepada ChatGPT untuk menjabarkan deskripsi jabatan kerja atau pun merumuskan keterampilan serta pengalaman yang sangat sesuai bagi peran pekerjaan yang kamu tuju," jelasnya.
Pada intinyanya, asisten penulisan berbasis kecerdasan buatan bisa mempermudah pembuatan draf pertama, namun Anda masih harus mengoreksi serta melengkapi versi final menggunakan pemahaman khusus dan detil yang hanya bisa disediakan oleh diri Anda sendiri. Wagadia menganjurkan untuk melakukan pencarian pekerjaan secara terarah dan jangan bergantung pada AI tersebut. template .
Jangan mengirimkan ribuan Lamaran Kerja buatan kecerdasan buatan dalam satu waktu. Sebaiknya punya lima permohonan pekerjaan spesifik yang telah Anda susun dengan penuh usaha daripada seratus permohonan umum yang pasti akan terlihat bahwa Anda kurang antusias," kata Wagadia.
Di samping itu, kejujuran menjadi elemen penting. Kelli Hrivnak, seorang perekrut di bidang teknologi dan pemasaran digital, mengingatkan calon pekerja untuk tidak merujuk pada capaian yang diciptakan oleh algoritma AI genetif apabila hal tersebut tak sesuai dengan fakta. "Apabila Anda telah menipu perusahaan, ini akan mencemarkan integritas Anda sebagai pegawai," ungkap Hrivnak.
Untuk menyelesaikan pembicaraan ini, surat lamaran pekerjaan yang sukses perlu mencakup kisah-kisah personal serta capaian-capaian unik yang relevan dengan jabatan tertentu. Keterampilan dalam menceritakan hal tersebut tak dapat diambil alih oleh teknologi otomatis.
"Bila perusahaan hanya menginginkan hasil kerja yang diciptakan oleh AI, tentu saja mereka akan menggunakan tools berbasis kecerdasan buatan tersebut. Namun, mereka menyewa manusia karena kemampuan unik dan kualitas yang dimiliki oleh insan sendiri, maka dari itu pastikan lamaranmu bisa menonjolkan aspek ini," ungkap Dilber.
Apakah kamu telah bersiap untuk memperlihatkan aspek personal dan autentikmu di aplikasi pekerjaan selanjutnya?