Analisis: Pasar Saham Tergelincir Akibat Ketegangan Dagang AS-China

Perkembangan Pasar Keuangan di Tengah Ketegangan Global

Peristiwa gencatan senjata di kawasan Timur Tengah yang sebelumnya diharapkan mampu memberikan stabilitas geopolitik dan memicu pertumbuhan ekonomi global, ternyata hanya berdampak sementara. Seiring dengan meningkatnya ketegangan dalam hubungan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, aset safe haven seperti emas kembali menarik minat pasar.

Harga emas dunia sempat turun ke level US$3.944 per troy ounce setelah adanya kesepakatan damai antara Israel dan Hamas. Namun, kenaikan tarif yang diberlakukan pemerintahan AS terhadap Tiongkok menyebabkan harga emas melonjak kembali ke US$4.060 pada perdagangan hari ini.

Reza Priyambada, Direktur Reliance Sekuritas Indonesia, mengungkapkan bahwa perjanjian damai Timur Tengah sempat memberikan harapan akan pertumbuhan ekonomi global yang lebih pasti. Ia menjelaskan bahwa kepastian keamanan dapat mendorong pelaku pasar untuk melakukan investasi, sehingga nilai investasi meningkat dan memberikan nilai tambah.

Kinerja Pasar Saham Domestik

Selama pekan lalu, indeks harga saham gabungan (IHSG) berhasil menguat sebesar 1,72% menjadi 8.257,85, mencapai tingkat all time high (ATH) penutupan baru. Selama seminggu, aliran modal asing masuk ke pasar saham sebesar Rp37,75 triliun, sementara sebesar Rp34,54 triliun kabur dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasilnya, net buy investor asing mencapai Rp3,21 triliun.

Reza menilai bahwa rotasi ke pasar keuangan yang lebih berisiko kemungkinan hanya terjadi secara jangka pendek. Hal ini karena kondisi di Timur Tengah masih belum pasti apakah perdamaian tersebut bertahan dalam waktu panjang. Jika para pelaku pasar merasa tidak ada kepastian, investasi bisa tersendat dan kembali beralih ke aset safe haven.

Dampak Ketegangan Dagang AS-China

Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT), Hari Rachmansyah, menyampaikan bahwa ketegangan hubungan dagang antara AS dan Tiongkok bisa berdampak pada arus keluar dana asing dari pasar saham domestik. IPOT memproyeksikan IHSG dalam pekan ini kemungkinan akan mengalami koreksi di level support 8.150 dan resistance terdekat di 8.272.

Menurut Hari, tekanan di pasar kemungkinan muncul di awal pekan seiring kebijakan tarif baru yang diterapkan pemerintahan Trump terhadap Tiongkok. Kebijakan ini dapat meningkatkan ketegangan perdagangan dan menimbulkan kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan global.

Kenaikan Harga Emas sebagai Aset Lindung Nilai

Kombinasi faktor eksternal ini, termasuk ketegangan geopolitik antara AS dan Tiongkok, dapat memicu aksi profit taking dan meningkatkan risiko arus keluar dana asing dari pasar saham domestik dalam jangka pendek.

Pada saat yang sama, harga emas cenderung naik sebagai aset lindung nilai. Pada perdagangan hari ini, Senin (13/10/2025) pukul 09.01 WIB, IHSG sempat dibuka turun 0,86% ke level 8.187. Pasar dibuka di zona merah, dengan 428 saham terdaftar dibuka koreksi.

Catatan Penting

Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Factory Tech tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form