Tagana Kab Tasikmalaya Petai Wilayah Rentan Bencana Hadapi Musim Hujan

Musim Hujan 2025/2026 Diperkirakan Lebih Awal, BMKG Ungkap Fase Puncak

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengungkapkan bahwa musim hujan tahun 2025/2026 akan datang lebih awal dari biasanya. Hal ini menjadi perhatian utama bagi masyarakat Indonesia, terutama di wilayah yang rentan terhadap bencana alam seperti banjir, longsor, atau kekeringan.

Berdasarkan pemantauan iklim, sebagian besar wilayah Indonesia sudah memasuki musim hujan sejak Agustus lalu. Data BMKG menunjukkan bahwa sebanyak 294 Zona Musim (ZOM) atau sekitar 42,1 persen wilayah Indonesia mulai mengalami curah hujan yang meningkat. Wilayah yang terdampak termasuk sebagian besar wilayah selatan dan timur.

Persiapan Menghadapi Ancaman Bencana

Di Kabupaten Tasikmalaya, Forum Komunikasi Taruna Siaga Bencana (FK-Tagana) telah melakukan berbagai persiapan untuk menghadapi ancaman bencana yang mungkin terjadi selama musim hujan. Ketua FK-Tagana Kab. Tasikmalaya, Jembar Adisetya, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan pemetaan wilayah yang rawan bencana, serta mempersiapkan personel dan peralatan yang diperlukan.

"Untuk kesiapsiagaan kita sudah persiapan mulai dari personel, peralatan dan kami pun sudah melakukan pemetaan," ujar Jembar saat dihubungi melalui ponsel, Senin (13/10).

Selain itu, Tagana juga melakukan pengecekan kondisi armada seperti tangki air untuk membantu memenuhi kebutuhan air bersih di daerah-daerah yang kesulitan akses air. "Perawatan tangki air kita juga sudah dilaksanakan," tambah Jembar.

Hasil pemetaan tersebut menunjukkan bahwa beberapa titik di Kabupaten Tasikmalaya masuk dalam kategori rawan bencana, seperti kekeringan, banjir, longsor, dan pergerakan tanah. Untuk memastikan kesiapan, personel Tagana tetap standby di titik-titik rawan bencana.

Prediksi Puncak Musim Hujan dan Dampak La Nina

Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, menyebutkan bahwa puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada November-Desember 2025 di Indonesia bagian barat dan Januari-Februari 2026 di bagian selatan dan timur. Ia juga menyampaikan bahwa ada potensi peningkatan curah hujan di sejumlah wilayah selama musim hujan 2025/2026 mendatang.

Menurut Guswanto, durasi musim hujan juga diprediksi lebih panjang dari biasanya. Meskipun demikian, akumulasi curah hujan secara umum berada dalam kategori normal, tidak ekstrem baik dalam hal basah maupun kering.

Kondisi ini tidak lepas dari dampak fenomena La Nina yang diprediksi akan terjadi mulai akhir tahun ini. Guswanto menjelaskan bahwa salah satu dampak La Nina adalah memperpanjang musim hujan di Tanah Air. Meski La Nina lemah dan durasinya terbatas, efeknya bisa memperpanjang musim hujan hingga awal pertengahan 2026, terutama di wilayah timur Indonesia.

Tidak hanya itu, keberadaan La Nina juga membuka peluang Indonesia kembali mengalami kemarau basah, bahkan potensi hujan sepanjang tahun di 2026. Kemarau basah seperti tahun ini bisa terulang, terutama jika transisi dari musim hujan ke kemarau tidak tegas atau dipengaruhi oleh faktor lain seperti IOD negatif.

BMKG mencatat bahwa 67 persen wilayah Indonesia berpotensi alami curah hujan tahunan lebih dari 2.500 mm, termasuk wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia akan menghadapi musim hujan yang cukup intensif pada tahun 2025/2026.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form