
MEDAN, Factorytech.my.id.CO- Ikatan Alumni Fisika Universitas Sumatera Utara (IKAFU) sukses menggelar Seminar Nasional “Revolusi Industri Masa Depan: Sains sebagai Otak Penggeraknya” di Gelanggang Mahasiswa USU Medan, Jumat (30/5/2025).
Acara yang dihadiri 800 peserta dari kalangan guru, siswa, mahasiswa, dosen, dan praktisi ini, menegaskan peran krusial ilmu fisika dalam mengakselerasi transformasi industri berbasis teknologi mutakhir seperti AI, komputasi kuantum, dan energi terbarukan.
Kepala Panitia Seminar Remon Pakpahan menyatakan bahwa acara tersebut dihadiri oleh para peserta yang berasal dari beragam SMA di Provinsi Sumatera Utara, terkhusus dari empat wilayah yaitu Kabupaten Langkat, Kota Binjai, Kota Medan, dan Deliserdang. "Terdapat kurang lebih 106 guru dan 230 pelajar, selain itu ada pula sekitar 400 mahasiswa asli dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara (USU), beberapa perguruan tinggi lain di kota Medan beserta lingkarannya, bersama dengan jumlah tertentu dosen dan lulusan FMIPA USU," jelas Remon pada pernyatian resmi hari Minggu tanggal 1 Juni 2025.
Inti dari seminar ini kata Remon, mendudukkan sains sebagai pondasi revolusi industri. “Seminar ini mematahkan stigma ‘fisika itu sulit’. Kami buktikan, fisika adalah jurusan dengan prospek terbaik di era disruptif,” ujarnya.
Seminar ini mengangkat urgensi kolaborasi multidisipliner antara ilmuwan, pelaku industri, akademisi, dan pemerintah untuk membentuk ekosistem inovasi Indonesia.
Prioritas fokusnya mencakup, Fisika menjadi fondasi inovasi teknologi di sektor komputasi kuantum, bahan canggih, robtotaika, serta sumber daya terbaharulah. Peranan AI pada Era Kuantum: Pengintegrasian kecerdasan buatan bersama prinsip-prinsip mekanika kuantum guna mendorong perkembangan Industri 5.0. Serta strategi mengatasi penurunan antusiasme belajar fisika lewat pembaruan kurikulum dan kerjasama antara dunia pendidikan dan industri.
Berikut adalah beberapa pembicara utama dan wawasan penting dari seminar tersebut: Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan Sains Teknologi Profesor Ir. Togar Mangihut Simatupang, Ph.D., yang memberi kuliah tunggal secara daring berjudul "Pemerintah mendukung pertambahan dana untuk riset strategis sebesar 20% dalam rangka blueprint Quantum Age Indonesia 2045, di mana fisis menjadi intinya."
Kemudian Anggota DPR Komisi X dr. Sofyan Tan dengan materi “Transformasi industri harus berkeadilan. Fisika bukan hanya untuk laboratorium, tapi solusi konkret kemandirian bangsa, dari energi hingga pertahanan.”
Dan Dewan Pengawas IAIS Hendra Sumiarsa, CIPM menyampaikan materinya tentang "Alumni Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), secara khusus bidang Fisika, menjadi motor utama di masa keberadaan Artificial Intelligence (AI). Mereka menghadirkan pemikiran logis serta kemampuan menyelesaikan masalah yang tidak dapat digantikan oleh mesin."
Pada sesi diskusi panel yang berjudul "Fisika dalam Praktik Industri & Kebijakan", para peserta diberikan kesempatan untuk mendengarkan paparan dari alumni Fisika USU yaitu Prof. Dr. Masno Ginting (peneliti di P2F BRIN). Materinya membahas tentang "Bahan-bahan canggih untuk energi terbarukan dan elektronika generasi baru".
Profesor besar bidang Fisika USU sekaligus Ketua PSI, Prof. Dr. Kerista Tarigan (USU), akan menyajikan materi tentang "Pengembangan Pendidikan Fisika Berdasarkan Kebutuhan Industri 5.0". Sedangkan Marsma TNI Dr. Sovian Aritonang yang juga perwakilan dari Unhan Jakarta serta Ketua Alumni Fisika USU, akan membawakan topik mengenai "Implementasi Teknologi Fisika pada Sistem Pertahanan Nasional".
Direktur Utama PT PLN SC Ir. Thommi Haposan membawakan topik "Pergantian teknologi di bidang energi lewat sistem smart grid serta kecerdasan buatan". Sementara itu, Jhohanes Silalahi, MBA (Manajer HR dari Stockbit & Bibit) berbagi pengetahuan tentang "Ketrampilan dalam mengolah data dan membangun model yang rumit menjadi kunci sukses mencari pekerjaan pada masa depan AI."
Pada seminar tersebut disebutkan bahwa sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh Kemdikbudristek pada periode 2023-2024, ada penurunan signifikan dalam minat bidang studi fisika. Dari total peserta ujian masuk SNBT hanya sekitar 5% saja yang menjadikan fokus utamanya adalah fisika. Di samping itu, kapasitas tempat di perguruan tinggi pun tidak dapat dipenuhi hingga 40-50% selama lima tahun belakangan ini.
Menghadapi tantangan itu, disarankan empat kebijakan. Pertama, tingkatkan pemahaman tentang penerapan ilmu fisika dalam dunia industri mulai dari jenjang sekolah menengah. Kedua, tambahkan dana untuk penelitian yang berkaitan dengan penggunaan praktis bidang fisika.
Ketiga, buat platform kolaboratif jangka panjang antara perguruan tinggi, sektor bisnis, dan BRIN. Sedangkan yang terakhir adalah mendirikan politeknik fokus pada sumber daya manusia yang siap untuk era quantum. (rel/adz)